Musim hujan begini, kita pasti menghadapi ancaman kebocoran
rumah. Tak peduli rumah mewah atau biasa-biasa, besar atau mungil, baru
atau lama, air hujan selalu menghadirkan ancaman. Apalagi, hujan belakangan
ini tak jarang disertai angin ditambah intensitas yang luar biasa hebat.
Kalau sudah begitu, mau tak mau kita harus meluangkan waktu berperang mencegah
atau mengatasi kebocoran.
Kebocoran yang menyebabkan air tumpah ke dalam rumah umumnya
disebabkan oleh empat hal. Pertama, rancangan atau konstruksi yang salah.
Pada konteks ini, yang umum terjadi adalah karena kemiringan atap tidak
diperhatikan. Seharusnya, atap rumah memiliki sudut kemiringan minimal 30
derajat supaya air dapat mengalir dengan lancar. Kurang dari itu, pasti
akan timbul masalah. Batas toleransi yang umumnya disarankan adalah antara
30-40 derajat karena lebih dari itupun masalah lain akan timbul, yakni genteng
gampang melorot. Paling aman adalah di antaranya.
Penyebab kedua adalah kondisi alam. Perubahan panas dan
dingin secara terus menerus akan membuat material penutup rumah menjadi
aus atau berubah. Retak-retak, sekecil apapun, bila itu terjadi di atap
rumah, pasti akan menyeret air memasuki celah-celahnya. Semakin dibiarkan,
air yang merembes akan merajalela dan membuat retakan membesar. Kondisi
alam lain yang menyebabkan kebocoran adalah tumpukan sampah dedaunan dan
apa saja yang diterbangkan oleh angin dan hinggap di atap rumah. Akibat
sampah-sampah alamiah ini, aliran air pun menjadi terganggu dan berpotensi
menetes ke dalam rumah.
Lumut yang muncul di genteng juga bisa menyebabkan terjadinya
rembesan air. Retak-retak rambut pada atap rumah akan segera memicu tumbuhnya
lumut-lumut yang mengakibatkan aliran air tidak lancar. Nah, lumut ini biasanya
menjadi problem pada rumah-rumah yang terletak di daerah lembab atau dingin.
Ketiga tentu saja pemilihan material yang digunakan. Menggunakan
atap lembaran seperti asbes, semen fiber, ardex, seng antikarat, atau bitumen
(aspal) berbeda pemasangannya dengan material seperti genteng tanah liat,
genteng beton, keramik, atau kayu sirap. Asbes memberikan toleransi kemiringan
hingga sedikit kurang dari 30 derajat karena rongga antarbidang yang terbentuk
tidak sebanyak material genteng.
Material yang juga penting untuk diperhatikan adalah talang
air dan nok (ridge) yang menutup sambungan antarbidang atap. Talang air
sekarang umumnya menggunakan karet vinil atau seng. Bahan ini tentu saja
tidak elastis sementara perubahan cuaca akan membuat pergeseran-pergeseran.
Pada rumah zaman dulu, talang air ini dibuat menggunakan timah yang memiliki
kemampuan menyesuaikan dengan kondisi cuaca. Artinya, pada saat dingin ia
akan menyusut, pada saat panas akan memuai, tanpa kehilangan kemampuannya
melindungi. Namun, sekarang bahan ini sudah sulit ditemukan karena dianggap
terlampau mahal dan kurang ramah lingkungan.
Penyebab keempat kebocoran adalah kesalahan dan kecerobohan
pemasangan. Pemasangan genteng yang tidak rapi mengikuti larikan pada reng
membuat atap memiliki rongga yang mengundang datangnya air di musim hujan.
Pemasangan asbes yang dikunci dengan paku tak berpayung jelas adalah sumber
malapetaka. Memasang genteng wuwungan atau nok dengan semen yang seirit-iritnya
pasti membuat sambungan ini memicu rembesan air ke bawah. Apalagi bila bagian
ini tidak dilapisi dengan material waterproofing.
Pada musim hujan seperti sekarang, atap yang bocor hanya
bisa diatasi secara darurat. Artinya, proteksi hanya bersifat mengatasi
sementara supaya air tidak menetes lagi saat itu, tetapi itu bukan solusi
permanen. Ada banyak material yang bisa digunakan untuk menanggulangi kebocoran
rumah dan ada banyak cara untuk mencegahnya.
1. Masalah: Atap genteng rumah saya terlampau landai kemiringannya
sehingga kalau hujan deras air masuk.
Solusi: Gunakan pelindung berupa alumunium foil, plastik
tebal, atau karpet yang dipasang persis di bawah genteng di atas reng. Solusi
ini tetap bersifat sementara karena rembesan air tetap akan masuk secara
pelan-pelan dan berpotensi merusak reng kayu dan plafon. Dalam jangka panjang,
pertimbangkan mengubah sudut kemiringan atap atau mengganti material atap
dengan yang berbentuk lembaran.
2. Masalah: Genteng rumah saya ada yang retak, tapi tidak
mudah mencari genteng dengan tipe yang sama di toko material.
Solusi: Gunakan material waterproofing plus serat kassa.
Potong serat kassa pada bidang genteng sesuai ukuran, lalu olesi dengan
larutan waterproof.
3. Masalah: Dak beton di rumah saya terbuka sehingga kalau
hujan air merembes ke bawah. Saya sudah melapisinya dengan bahan waterproof
tapi tetap saja rembes.
Solusi: Sekarang ini ada banyak material yang spesifik.
Pelapis genteng berbeda dengan pelapis dak beton. Coba gunakan material
yang benar-benar cocok. Perlu diketahui, pada ruang terbuka, pelapisan waterproofing
harus dilakukan secara berkala.
4. Masalah: Nok atap rumah saya retak-retak dan air merembes
dari sini. Sudah dilapisi dengan waterproof tetap saja muncul masalah setiap
kali hujan.
Solusi: Bisa jadi komposisi semen untuk memasang nok atau
wuwungan kurang baik. Coba lapisi lagi dengan semen cair atau diaci ulang
dengan semen yang dicampur sedikit kapur untuk menghindari retak berulang.
Kalau ada retak yang terlalu besar, korek retaknya dan tambal dengan semen.
Setelah itu, lapisi dengan material waterproof.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar